Kamis, 08 Maret 2012

Malam yang terasa beda

Hari ini entah mengapa aku merasa

Dari awal tak seharusnya ku mengenal dia

Sudah sangat jelas terlihat

Relationship yang konyol ini

Sepertinya tak lagi bisa diteruskan

Malam yang kini terasa beda

Kulalui kembali tanpa hadirnya

Dengan tanpa topeng kamuflase bunglonnya

Tapi, hatiku menjadi tersenyum lagi

Kini aku sadar dan waras

Kegilaanku yang menyiakan semua

Kini sembuh, karena ku tahu

Ku tahu dia tak seindah seperti yang kubayang

Dan semua itu berakhir

Dengan bait-bait  rumit

Disela gelap sang malam


Selasa, 06 Maret 2012

Puisi Rindu

Sungguh aku tak tahu
Apakah masih waras atau gila
Detik dan hari terus berlalu
Waktu pun tak mau menunggu hatiku
Rindu, semakin menjalar kemana-mana
Mengusik pikir dan jiwa labilku
Jangkarku terlepas dari dermagaKapalku terombang-ambing
Di laut luas tiada bertepi
Mengikuti angin, tak tahu arah pasti
Dan aku semakin dihantui penasaran
Ragu, apa kau jua sama rasa ?

Senin, 05 Maret 2012

Talk after saw




Inilah kisah yang berawal dari masa kecilku. Aku tak tau apakah ada yang salah di saat masa kecilku hingga kini aku merasa begitu berbeda aku tak suka keramaian, tak suka banyak orang, tak suka kebisingan. Dan tentu sebagian atau banyak orang menganggapku aneh atau apalah menurut mereka tapi apa tidak ada yang sadar dengan bagaimana keadaan saat ku masih kanak-kanak. Di satu sisi orang menganggapku baik dan pintar tapi di sisi lain aku justru dianggap badung dan bodoh. Tapi aku tetap bangga dengan diriku sendiri yang bisa di bilang individualism  entah waktu atau cara orang tuaku yang menjadikanku seperti ini. Namun tentu aku tak mudah untuk dapat menyalahkan keadaan itu. Walaupun begitu aku tetap merasa menjadi anak yang istimewa, mungkin bisa dibilang aku mempunyai banyak bakat dan minat sehingga aku terkesan berlebihan untuk dapat meraihnya. Dan disinilah banyak juga yang bilang kalau aku congkak tapi di lain pihak ada yang menilaiku rendah hati karena jika memang aku bisa aku takkan menyimpan itu sendiri jadi boleh dibilang banyak juga yang belajar dari caraku belajar. Aku mempunyai perasaan yang peka aku tak tau mengapa aku selalu ingin berderma, aku selalu ingin membantu orang yang menurutku memang layak di bantu walaupun keadaanku kadang sedikit tak memungkinkan untuk itu tapi aku berusaha bagaimana caranya agar aku bisa membantu meski sedikit.

Aku punya impian dan cita-cita yang tidak muluk-muluk aku ingin menjadi seperti Dik doank  yang bisa membuat bahagia dan tertawa  anak-anak kecil. Sekali lagi aku ingin bisa membangun sanggar atau semacamnya dan mengarahkan anak-anak jalanan agar bisa menyalurkan bakat dan minatnya karena tiap aku pergi berkelana bukan berarti aku hanya jalan-jalan tapi aku juga melihat bagaimana orang-orang yang ada disekitarku, aku sangat ingin memberi mereka kehangatan, kenyamanan, dan keselamatan. Dan semoga suatu saat aku dapat mewujudkannya dengan mudah. Amin. Dan semoga orang-orang nantinya bisa benar-benar menilaiku seperti apa. Aku tak ingin jika suatu nanti aku mati konyol, sia-sia tanpa sebuah dedikasi berarti. Tetapi sekarang adakah satu saja yang mengerti diriku, mendengar lubuk terdalam hatiku apa sebenarnya yang selalu terpikir dalam benakku, bukan seorang lelaki yang menjadi kekasih atau apalah istilahnya itu, pacar dan cinta buatku nomor sekian karena aku yakin semua itu sudah di atur oleh Allah dan aku juga yakin semua akan indah pada waktunya.


Walaupun sekarang aku berada dalam keadaan pro kontra. Pro saat semua bisa melihat bagaimana semangatku jika di luar walaupun sebenarnya di dalam aku benar-benar sangat butuh pengertian untuk membangunnnya. Dan kontra karena jika di rumah aku selalu tidur tengah malam bahkan sering pagi gara-gara pemikiranku tentang bagaimana aku bisa membangun dan memulai perlahan cita-citaku dan itulah yang membuatku dianggap anak tak tau diri dan budi. Memang benar-benar klise. Karena aku memang suka malam dengan suasana yang sepi dan aku benar-benar merasa sendiri aku bisa berfantasi bukan hanya membayangkan tapi juga berharap dan berdoa walaupun kadang aku merasa disaat pagi tiba semua akan runtuh oleh kekecewaan orang tuaku karena aku bangun telat. Maaf aku benar-benar minta maaf karena aku memang tak bisa sehari saja untuk menanggalkannya. Meski aku sadar dan tau dan selalu berusaha untuk tepat waktu dan patuh pada yang semestinya. Mungkin memang belum waktunya ada yang tau bagaimana kecewaku yang hingga hampir membeku pada jiwaku.

Aku hanya bisa terus berharap dan selalu berdoa semoga aku termasuk dari orang-orang yang beruntung dan bisa melaksanakan dedikasiku dengan penuh pengabdian yang tulus dari dasar hatiku. Dan mengapa aku bersikap seolah-olah aku tak peduli dan yang ada hanya justru membuat orang-orang menilaiku negative? Karena aku ingin orang-orang bisa melihat bukan hanya dari luar dari sisi objek tapi juga dari sisi subjek, bukan hanya dari penampilan dan semua yang bisa di lihat.. Mungkin banyak yang melihat  aku sebagai anak pondok yang imajenya selalu sopan, anggun, lemah lembut dsb tidak mencerminkan itu semua tapi satu hal mungkin jika dilihat bisa dibilang penampilanku sangar dan terkesan urakan sama sekali tidak mencerminkan anak pondok imaje itulah yang pasti pertama kali terlintas. Namun adakah yang berpikiran di luar itu ? walaupun begitu aku tetap anak pondok dan jelas berbeda dengan anak yang tidak mondok. Dengan kata lain bisa dibilang mungkin aku tau sedikit atau banyak tentang hukum-hukum agama tapi apa mereka yang tidak mondok semua juga sama mempelajari seperti yang kucari dan pelajari di pondok dan itu dipermasalahkan hanya gara-gara penampilan ? Aku hanya mencoba merasa kuat dan menjadi diriku sendiri aku bisa bertahan dimanapun bagaimana pun keadaannya.

Ada yang bilang “hidup terlalu singkat untuk menjadi orang lain”. Dan apakah perbedaan begitu penting untuk dijadikan parameter sebuah prestise ? silakan siapa saja yang bisa menilai dari sudut mana sebuah acuan dilihat bukan hanya dari mata telanjang tapi juga hati dan pemahaman menyeluruh. Di dalam psikologi semua bisa dilihat walaupun tidak semua orang mampu untuk melihat tapi apa tidak ada yang mencoba untuk berpikir atau hanya merasakan bagaimana jika sepihak dengan keadaanku ? atau sekali saja berpikir tidakkah menyenangkan untuk menjadi diri sendiri yang apa adanya ? hitam-putih selalu ada di sisi siapapun. Mungkin aku terkesan acuh dan tak ingin mendengar apa yang dibincangkan orang-orang tentangku karena itu hanya membuat telingaku sakit dan tak dapat membuatku berkembang hal  justru akan memancingku untuk berbuat seperti yang mereka bicarakan dengan skala 1800 kali lebih ekstrim untuk membungkam mulut mereka dengan kebosanan topik tentangku.

This : the artistic of photography
“Semua bisa bicara dari banyak sisi dan definisi tergantung bagaimana melihat.”